Pemain hebat Tak selalu jago menggocek bola.

 

Pada suatu hari hiduplah seorang anak bernama Stephanus. Stephanus adalah seorang anak yang cukup berbakat dalam bermain sepak bola. Dia menjadi bintang kelas karena kemampuan bermain bolanya tersebut. Banyak sekali anak yang senang bermain dengan Stephanus.

 

Pada suatu hari, ia pun terpikir untuk mengikuti sekolah sepak bola atau SSB. Tetapi karena ia takut ia pun mengajak temannya, yaitu Yoga. Yoga terbilang adalah anak yang “jago kandang” sehingga susah untuk diajak keluar yang bukan zona nyamannya. Ia malu karena perawakannya kurang sempurna. Tetapi akhirnya dengan bujukan dari Stephanus, akhirnya Yoga pun ingin ikut.

 

Pada saat pertama kali seleksi, porsi yang diberikan oleh sang pelatih cukup keras. Mereka bersaing dari seluruh Indonesia. Dan memang hanya 10 orang terbaik yang akan lolos. Sehingga mereka bersaing sangat ketat. Awalnya mereka masih sangat malu dan kemana mana mereka selalu nempel layaknya perangko dengan surat. Tetapi lama lama Stephanus meninggalkan Yoga karena sudah memiliki teman di seleksi tersebut.

 

Seleksi tersebut berjalan selama satu minggu, mereka menginap di salah satu wisma di dekat sana. Tetapi kehidupan Stephanus berlawanan 180 derajat. Karena ia memiliki teman disana, ia pun melupakan Yoga yang adalah temannya sejak awal. Alasan Stephanus meninggalkan Yoga adalah karena Yoga memiliki paras yang tak sebaik teman teman lainnya. Sehingga Stephanus merasa malu.

 

Semakin hari teman Stephanus bertambah banyak. Ia seperti bintang seleksi. Selain karena skillnya yang mumpuni, ia juga jago bermain game sehingga ia memiliki banyak teman. Tetapi karena permainan tersebut, Stephanus pun diajak untuk ikut dalam sebuah geng. Karena penasaran Stephanus pun masuk dalam geng tersebut. Mereka menjadi geng yang sangat kuat. Tetapi mereka seperti tidak ingin bermain dengan teman lain yang bukan di dalam geng tersebut. Mulai dari makan, minum, cara berpakaian mereka semua sama. Dan mereka menolak jika ada yg ingin mengikuti mereka. 

 

Saking parahnya, dan merasa mereka sudah sempurna, mereka pun membully Yoga. Stephanus pun ikut membully Yoga. Karena ia merasa keren. Ia tak ingat. Ia seperti kacang yang lupa kulit. Ia dahulu takut sendiri dan minta pertolongan Yoga, sekarang ia mengejek Yoga.

 

Pada suatu hari ada juga latihan. Tetapi teoriTetapi karena mereka merasa mereka adalah yang paling kuat, hebat dan pasti lolos seleksi, ketika yang lain sedang mendengar teori dari coach Rado, mereka malah pergi meninggalkan kelas dan bermain games. Mereka pun diingatkan oleh berbagai coach disana. Tetapi mereka sudah merasa paling jago sehingga tak perlu mendengarkan orang lagi.

 

Hari pengumuman tiba, dari ratusan anak dari seluruh tanah air, hanya 10 yang akan lolos dan masuk ke skuat tim utama akademi. Salah satu nama yang terpanggil adalah Yoga. Sedangkan Stephanus dan geng nya tidak terpanggil. Padahal dari voting audience ketika seleksi terakhir mereka mendapat nilai penuh.

 

Mereka pun protes terhadap penyelenggara seleksi tersebut. Dan ternyata beginilah kata coach:

 

“ Kalian sebenarnya pemain yang sangat berbakat. Tetapi pemain bola yang dapat bermain bukanlah yang jago. Melainkan yang memiliki kemampuan kompleks. Dan tentunya poin terbesarnya adalah attitude. Dan melihat kalian, nampaknya attitude kalian jauh dari sempurna. Jika kalian lulus tim kami, itu akan sangat merugikan kami. Mulai dari denda disiplin dan lain sebagainya. Kami sudah berusaha menasehati kalian. Mulut kami sudah seperti kumur kumur, tetapi kalian tetap saja membantah, membantah dan membantah. Kenapa kalian begitu keras kepala? kenapa kalian tidak mau sedikit rendah hati dan mau mendengarkan orang lain? dan sekarang. Kalian merasakannya!”

 

“Lihat  teman yang kau bully, Yoga. Sekarang berilah selamat kepadanya. Kau telah membully  dia. Tetapi dia memiliki kemampuan yang kompleks. Walaupun kemampuan menggocek bolanya tak sebagus kalian.”

 

Mereka pun akhirnya harus mengakui keunggulan Yoga dari sisi kompleksitas permainan.

 

PS: Itu gambar hanya pemanis.

 

Tinggalkan komentar